Dewasa
ini perpustakaan sebagai salah satu pusat pembelajaran perlu dipertanyakan
eksistensinya dimasyarakat. Upaya untuk menjaga eksistensi perpustakaan serta
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perpustakaan dan pembudayaan
membaca memang bukan hal yang mudah. Banyak program gencar dilakukan untuk
mengajak masyarakat mebudayakan membaca, mulai dari publikasi, promosi,
sosialisasi, pagelaran roadshow perpusnas di kota-kota besar hingga
penganugerahan. Namun eksistensi perpustakaan masih belum bisa mancakup semua
kalangan, dominasi golongan tertentu masih jelas terlihat.
Menurut
Kepala Seksi Pengelola dan Staf Perpustakaan di Bogor, Yanto, “ rata-rata
kunjungan ke perpustakaan Kota Bogor sebanyak 30 pengunjung per-hari. Biasanya
didominasi pelajar dan mahasiswa”.
Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik di tahun 2009 menunjukkan indikasi minat baca masyarakat Indonesia
yang masih rendah. Ini menunjukan masyarakat Indonesia belum memiliki minat
baca yang baik. Buku belum menjadi sumber utama untuk mendapatkan informasi.
Selain itu rendahnya budaya membaca juga dirasakan para pelajar dan mahasiswa.
Perpustakaan, baik di sekolah maupun di kampus jarang dimanfaatkan secara
optimal oleh siswa dan mahasiswa. Begitu pun demikian yang terjadi pada
perpustakaan-perpustakaan di daerah yang minim pengunjung.
Kondisi
masyarat indonesia yang belum memiliki minat baca yang baik menjadi hambatan
utama dalam mengembangkan eksistensi perpustakaan. Kondisi ini diperparah
dengan kurangnya sarana dan prasarana perpustakaan yang masih minim seperti
koleksi yang belum memadai dan masih terbatasnya pustakawan ahli yang terampil
dalam mengelola suatu perpustakaan. Sehingga pelayanan yang diberikan lembaga
perpustakaan belum bisa dirasakan secara optimal oleh semua kalangan.
Kepala
Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat Dedi Junaedi mengakui,
sejak tahun 2002 sampai 2009 baru berdiri 244 perpustakaan di desa dan
kelurahan di Jabar. Dia menergetkan tahun 2014 sudah ada perpustakaan di 5.700
desa dan kelurahan di Jabar.
"Satu perpustakaan minimal memiliki
1.000 buku. Kami juga bekerja sama dengan mahasiswa Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) dalam melatih para calon pustakawan di desa dan
kelurahan," ujarnya.
Peran
perpustakaan sebagi pusat informasi, pada dasarnya mampu membuka jalan untuk
mencapai mutu sumber daya manusia yang diharapkan, yang berarti akan mendorong
makin meningkatnya kecerdasan bangsa Indonesia. Jelaslah bahwa perpustakaan
memerankan andil yang sangat besar dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945.
Dengan
dimanfaatkannya perpustakaan sebagai sumber ilmu, sebagai sumber belajar dan
sebagai sumber informasi oleh segenap lapisan masyarakat maka akan mendorong
masyarakat memiliki ilmu pengetahuan yang cukup banyak. Dan sudah barang tentu
dengan semakin banyaknya ilmu-ilmu yang diperoleh maka akan menyebabkan bangsa
Indonesia menjadi lebih pandai. Dan jika ini sudah tercapai maka akan dapat
dipastikan bangsa Indonesia menjadi lebih meningkat kecerdasannya. Dengan
demikian peranan perpustakaan sebagai sarana untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan dapat dirasakan manfaatnya serta keberadaannya.
Demi
memenuhi ekspektasi masyarakat serta menjaga eksistensi perpustakaan tidak
semakin terpuruk diperlukan upaya untuk merubah image perpustakaan dimata
masyarakat dengan cara memberikan inovasi serta modernisasi dari suatu lembaga
perpustakaan, Jadikan perpustakaan sebagai sumber ilmu pengetahuan, bukan
gudang buku. Salah satu caranya, yaitu dengan mengembangkan layanan perpustakaan digital (E-lib). Selain
itu sarana dan prasarana, serta pelayanan yang telah dimilikipun perlu
ditingkatkan kembali agar bisa dirasakan manfaatnya secara optimal.
Banyak
orang yang menyuarakan pentingnya perpustakaan dan budaya membaca namun pada kenyataannya
pengunjung perpustakaan masih didominasi golongan tertentu seprti pelajar dan
para mahasiswa. Untuk itu diperlukan usaha yang serius dan dukungan dari
berbagai pihak, baik itu dari pemerintah mau pun masyarakat, tidak hanya dari
golongan tertentu saja. Agar eksistensi
perpustakaan kembali bangkit dan mampu membawa bangsa indonesia ke massa depan
yang lebih baik dengan masyarakat yang cerdas.
Bentuk perpustakaan keliling pun harus gencar dilakukan
agar bisa mencapai pelosok-pelosok daerah. Pendirian perpustakaan diberbagai
sektor kehidupan perlu dilakukan dan dikembangkan, untuk memicu tumbuhnya
kesadaran masyarakat untuk membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar