Sabtu, 21 September 2013

Contoh Resensi "Sang Pemimpi"



Sang Pemimpi


   

Judul buku : Sang Pemimpi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Halaman : x + 292 Halaman
Cetakan: ke-14, Januari 2008
ISBN: 979-3062-92-4


            Sang Pemimpi adalah buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Novel tersebut sangat luar biasa yang disajikan dengan alur cerita dan gaya bahasa yang ditulis sangat jelas dari awal hingga akhir. Penulis kelahiran Pulau Belitung 24 Oktober 1982 ini mampu menggambarkan karakteristikdan deskripsi yang begitu kuat pada tiap karakternya. Sehingga pembaca bisa dengan mudah mengenali karakteristik sang tokoh.
Sang Pemimpi menceritakan tentang sebuah kehidupan tiga orang anak Melayu Belitong yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron yang penuh dengan tantangan, pengorbanan dan lika-liku kehidupan yang memesona sehingga kita akan percaya akan adanya tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan kekuasaan sang Tuhan.
Ikal, Arai, dan Jimbron berjuang demi menuntut ilmu di SMA Negeri Bukan Main yang jauh dari kampungnya. Dengan segala keterbatasannya mereka bermimpi untuk melanjutkan sekolah hingga ke Prancis, mejelajahi Eropa hingga Afrika. Tiga remaja itu sangat di benci Pak Mustar, beliau berubah menjadi galak karena anak lelaki kesayangannya tidak diterima di SMA yang dirintisnya ini. Sebab NEM anaknya ini kurang 0,25 dari batas minimal yaitu 42 dan nilai anaknya hanya 41,75. Ikal, Arai, dan Jimbron pernah dihukum oleh Pak Mustar karena telah menonton film di bioskop yang merupakan larangan bagi siswa SMA Negeri Bukan Main. Pada apel Senin mereka barisnya dipisahkan, dan mendapat hukuman berakting di lapangan sekolah serta membersihkanWC.
Adapun Pak Balia seorang cerminan guru teladan yang selalu memberikan mimpi kepada murid-muridnya. Pak Balia yang baik dan bijaksana, merupakan seorang Kepala Sekolah sekaligus mengajar kesusastraan di SMA Negeri Bukan Main. Semua karakter yang muncul mampu dikemas dengan  apik oleh Andrea sehingga kekuatan setiap karakter begitu terasa.
Dalam novel ini digambarkan bahwa Ikal adalah anak yang baik hati, optimistis dan penyuka Rhoma Irama. Lain halnya dengan Arai, ia adalah seorang yang memiliki kharisma, hati yang lembut, suka menolong, suka memberi kejutan, cerdas dan selalu ingin tahu. Sedangkan Jimbron adalah anak yang polos, gagap bicara, baik hati dan sangat senang dengan kuda. Dengan kepandaiannya, Andrea mampu mengeksplorasi karakter-karakter yang muncul dalam novel ini dengan sangat baik sehingga kesuksesan pembawaan yang melekat dalam karakter tersebut begitu kuat. Novel ini mampu membawa pembaca ikut merasakan kebahagiaan, semangat, keputusasaan dan kesedihan.
Novel ini juga menceritakan tentang kebijaksanaan seorang Ayah yang begitu besar. Pengorbanan dan ketulusan seorang Ayah dalam mendukung cita-cita anaknya di tengah keterbatasan hidup. Membawa pembaca kedalam kenyataan hidup yang harus dihadapi, membuat pembaca percaya akan kekuatan mimpi dan keajaiban cinta. Kekuatan tersebut yang akhirnya mengantarkan Ikal dan Arai ke Sorbonne, kota impiannya, saat mimpi mereka sudah mencapai titik kemustahilan dan akhirnya mereka mampu menggapainya. Tidak hanya bisa membuat seseorang kembali membangun mimpi. Novel ini juga bisa menambah rasa hormat kita kepada Ayah dan mencintainya dengan tulus meskipun di tengah kondisi yang sangat terbatas.
Banyak kelebihan-kelebihan yang didapatkan dalam novel ini. Mulai dari segi kekayaan bahasa hingga kekuatan alur yang mengajak pembaca masuk dalam cerita hingga merasakan tiap latar yang terdeskripsikan secara baik. Hal ini tak lepas dari kecerdasan penulis memainkan imajinasi berfikir yang dituangkan dengan bahasa-bahasa intelektual yang berkelas. Penulis juga menjelaskan setiap detail latar yang adegan demi adegan, sehingga pembaca selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal yang akan terjadi.

Pada dasarnya novel ini hampir tidak ada kelemahan. Hal itu disebabkan karena penulis dengan cerdas dan apik menggambarkan keruntutan alur, deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan karakter. Baik ditinjau dari segi kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan pembaca sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan pembaca yang haus akan novel yang bermutu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar