Penyusun:
o
Uli Rahma Dini
o
Dwi Putri J A
o
Ari Mulya Utami
o
Lita Tisnasari
o
Mayang Rumaisha
o
Dhia Prihandani
High Context
Komunikasi konteks tinggi adalah komunikasi yang
bersifat implisit dan ambigu, yang menuntut penerima pesan agar menafsirkannya
sendiri. Komunikasi konteks tinggi bersifat tidak langsung, tidak apa
adanya.Komunikasi konteks – tinggi mengandung pesan relatif banyak terdapat
dalam konteks fisik (physical context), sehingga makna pesan hanya dapat
dipahami dalam konteks pesan tersebut. Dalam komunikasi konteks tinggi, makna
terinternalisasikan pada orang yang bersangkutan, dan pesan lebih ditekankan
pada aspek non – verbal (internalized in the person while very little is in the
coded). Dalam komunikasi yang demikian, mengetahui suatu kata atau huruf hanya
memberi sedikit makna bila tidak diketahui konteks penggunaannya.
Ciri-ciri Komunikasi Konteks Tinggi sbb: Typically
short, pithy, and poetic (ciri komunikasinya yang singkat, penuh arti, dan
puitis). Komunikasi konteks tinggi sangat mungkin dipahami jika digunakan di
dalam kelompoknya sendiri (in group), tidak untuk kelompok luar
(outsiders).Komunikasi konteks-tinggi bertipikal sedikit berbicara, implisit,
puitis. Orang berbudaya konteks-tinggi menekankan isyarat kontekstual, sehingga
ekspresi wajah, tensi, gerakan, kecepatan interaksi dan lokasi interaksi lebih
bermakna. Orang dalam berbudaya konteks-tinggi mengharapkan orang lain memahami
suasana hati yang tak terucapkan, isyarat halus dan isyarat lingkungan.
Dalam interaksi konteks-tinggi pesan dalam
komunikasi akan mudah dimengerti oleh kelompoknya (orang yang
berkonteks-tinggi).Sulitnya untuk mengatakan tidak, bagi orang Indonesia bukan
sekedar basa-basi, situasi demikian benar-benar ada apa adanya (reality) di
lingkungan kita sehari-hari, yang oleh Edward T. Hall dikatakan ‘places
cultures along a continuum’ (bersemi ada dalam budayanya). Orang Indonesia lebih
memilih diam daripada mengucapkan kata tidak secara langsung.
Closed System
selalu sering dihubungkan dengan
sistem masyarakat tertutup, yakni suatu sistem sosial yang mempercayai
bahwa pandangannya (way of life) tidak dapat diubah oleh kelompok luar
(Out-group). Disini peran kolektif cukup tampak menonjol, dibandingkan
individu. Suatu Kelompok Sosial merupakan in-group atau bukan, tergantung
situasi sosial. Sikap yang ada yang dimiliki oleh in-group pada umumnya
didasarkan pada simpati. Selalu memiliki perasaan dekat dengan anggota
kelompoknya. Budaya komunikasi konteks tinggi ditemukan dalam sistem sosial
tertutup (closed system), seperti sistem sosial masyarakat Indonesia.
Polychronic time, yakni lawan dari monochronic time
sbb: Kurang bisa menghargai waktu, sering tidak tepat waktu kalau memberikan
janji, dan kurang memiliki disiplin dalam menyelesaikan pekerjaan atau yang
sering kita dengar dengan istilah suka ngaret.
Bangsa Skandinavia dan Jerman tergolong dalam budaya
bertipikal konteks-rendah, dan Amerika (terutama yang berkulit putih,
anglo-saxon dan protestan) mempunyai tipikal konteks yang lebih tinggi
dibanding Skandinavia dan Jerman, meskipun masih tergolong dalam budaya
konteks-rendah. Sedangkan bangsa China dan suku Indian Amerika tergolong dalam
budaya bertipikal konteks-tinggi.
Menurut Hall, dalam situasi tertentu dapat saja
seseorang berkomunikasi dengan gaya komunikasi konteks tinggi dan di situasi
lainnya bergaya komunikasi konteks rendah. Contohnya adalah orang Jepang. Orang
Jepang dalam berhubungan dengan keluarga cenderung berkonteks-tinggi, sedangkan
dalam berhubungan dengan orang luar atau orang asing, orang Jepang cenderung
berkonteks-rendah. Selain itu, dalam suatu budaya bertipikal konteks tertentu
dapat saja terdapat sub-subkultur yang relatif berkonteks-tinggi atau relatif
berkonteks rendah. Misalnya, di Indonesia yang berbudaya relatif
berkonteks-tinggi. Budaya jawa yang dominan mewarnai budaya Indonesia sangat
bertipikal konteks-tinggi. Sebaliknya, budaya batak adalah budaya yang derajat
konteks-tingginya paling rendah, meskipun tidak tergolong budaya bertipikal
konteks-rendah. Orang batak cenderung berbicara langsung dan lugas, tanpa basa
– basi.
Efek Media Massa
terhadap Budaya Konteks-Tinggi
Media massa cenderung membawa budaya konteks-tinggi
menuju ke budaya konteks-rendah, media massa mempengaruhi budaya lokal sehingga
relatif berkonteks-rendah, akibat pengaruh media perhatian orang yang semula
“orang ke orang” berubah perhatiannya menjadi “orang ke media”. Dengan lebih
banyak perhatian orang kepada media maka akan mengubah gaya komunikasi menjadi
cenderung berkonteks-rendah pesan eksplisit lebih penting dari pada pesan
implisit. Hal tersebut dikarenakan media tidak terlalu terikat kepada faktor
ekstralinguistik (referent). Dalam hal ini media berpengaruh mengurangi konteks
pada budaya konteks-tinggi.
Media massa cenderung mengarahkan orang untuk
menganut waktu monokronik. Media dapat mengumpulkan sejumlah orang untuk
melakukan satu kegiatan dalam satu waktu, contoh: acara World Cup yang
ditayangkan oleh media televisi dapat mengumpulkan semua masyarakat satu
kampung untuk melihat tayangan tersebut. Dalam satu waktu yang ditentukan orang
melakukan satu kegiatan yaitu menonton tayangan World Cup.
LOW CONTEXT COMMUNICATION
Komunikasi konteks rendah adalah komunikasi yang
bersifat langsung, apa adanya, lugas tanpa berbelit-belit ngalor-ngidul.
Karakter komunikasi semacam ini biasa terjadi di Barat, mereka sukanya to the
point tidak suka basa-basi.
Pada umumnya, komunikasi konteks-rendah ditujukan
pada pola komunikasi mode lisan langsung (direct verbal mode)- pembicaraan
lurus, kesiapan non verbal (nonverbal immediacy) dan mengirim berorientasi
nilai (sender-oriented values). Pengirim bersikap tanggung jawab untuk
menyampaikan secara jelas. Dalam komunikasi konteks rendah, pembicara
diharapkan untuk lebih bertanggung jawab untuk membangun sebuah kejelasan,
pesan yang meyakinkan sehingga pendengar dapat membaca sandi (decode) dengan
mudah.
Ciri-ciri Komunikasi Konteks Rendah yaitu, must be
longer, more elaborated, and explicit (ciri komunikasinya bisa menggambarkan
atau bisa juga menjelaskan hingga cukup tampak rinci dan panjang, dan saat itu
juga disampaikan secara eksplisit).
Budaya konteks-rendah cenderung menganut “waktu monokronik”, waktu
monokronik adalah waktu yang berjalan secara linear. Waktu linear dianggap
berjalan dari masa lalu ke masa depan, seperti garis lurus, dan tidak pernah
kembali. Waktu dianggap objektif, dapat dihitung, dihemat, dihabiskan, dan
dibuang. Maka waktu menjadi berharga, sehingga muncullah pribahasa Time is money. Efisiensi waktu adalah ciri
khas dari budaya konteks-rendah, one-thing-at-one-time, being on time,getting the job done
by a deadline.
Efek Media Massa terhadap Budaya Konteks-Rendah
Selain dapat mengurangi konteks
pada budaya konteks-tinggi, media massa pun dapat menambah konteks pada budaya
konteks-rendah. Tayangan – tayangan opera sabun di televisi yang bertemakan
cerita nyata, atau yang menggambarkan karakteristik kebanyakan orang. Pada
budaya konteks-rendah media sering mengadopsi teori kultivasi, agenda setting dan spiral of
silence. Dengan pendekatan teori – teori tersebut mengarahkan penonton
untuk membuat generalisasi tentang gambaran sosial berdasarkan pola yang
disajikan media.
Berdasarkan penelitian dengan
pendekatan kultivasi. Penggemar program televisi drama-aksi percaya bahwa dunia
sebenarnya lebih keras dibanding seperti yang terdapat dalam tayangan televisi,
sedangkan penggemar program televisi opera sabun percaya di dunia nyata lebih
banyak kasus perceraian dibanding dengan yang terdapat di televisi. Dalam hal
ini media berpengaruh dalam menambah konteks sosial.
Penelitian lainnya adalah
dengan pendekatan agenda setting, penelitian tersebut mengungkap hubungan antara intensitas
pengeksposan suatu issu politik dengan urutan tingkat pentingnya suatu issu
yang ditentukan audiens. Dalam hal ini media menambah konteks politik.
Penelitian ketiga yaitu dengan
pendekatan spiral of silence. Dengan memberikan penekanan pada pendapat tertentu, media
menciptakan kesan bahwa sebagian besar masyarakat mempunyai pendapat yang sama.
Sedangkan, mereka yang berlawanan dengan pendapat tersebut terkesan diam,
meskipun mereka merupakan kelompok mayoritas. Kembali dalam hal ini media
menambahkan konteks sosial dalam budaya konteks rendah.
Pada umunya media massa
mengarahkan konteks-tinggi menuju ke konteks rendah dengan cara mengurangi
konteks, walaupun demikian media massa dapat saja memperkuat konteks-tinggi
dengan lebih menambah lebih banyak konteks. Selain itu media massa dapat
mengarahkan konteks-tinggi menuju konteks-rendah dengan mengurangi konteks.
Fenomena
Pada iklan AP Boots, terlihat
seekor belalang betina mendekati belalang jantan tiruan yang dibuat oleh
komputer. Betina mendekati jantan kemudian menciumnya, namun sang jantan malah
hancur dan terlihat rangkanya. Seketika sang betina mendorong jantang dengan
tubuh bagian belakangnya hingga terjatuh. Lalu diakhir iklan, muncul seorang
pria mencium sepatu bootsnya sambil berkata, “Liat tuh, yang asli selalu bisa
diandalkan.”. Iklan tersebut menuntut penerima pesan agar menafsirkannya
sendiri. Walaupun ambigu, namun menjelaskan secara implisit bahwa sepatu merk
AP Boots adalah sepatu boots yang asli dan dapat diandalkan.
FENOMENA LOW CONTEXT COMMUNICATION
Pada
iklan produk mie instan ( mie sedap ) ada seorang anak yang sangat sayng dengan
ayam peliharaannya, lalu ketika dia menanyakan ayamnya kepada sang ibu sambil
berkata “ibu ayam iyong ku mana” sang ibu menyuruh anak tersebut untuk makan
sambil berkata “sudah makan dulu sana”. Ketika si anak makan mie yang di buat
sang ibu dia merasakan enak dan kaldu ayamnya asli dan begitu terasa namun
seketika iya berteriak “ayam ku…” dan si ibu menjawab dengan tenang sambil
menjelaskan “bukan dik, ini mie sedap baru dari kaldu ayam asli dan rasanya
enak”. Dari menomena tersebut dapat terlihat low context communication ketika
sang ibu menanggapi respon si anak. Sang ibu meresponnya dengan penyampaian
pesan yang bersifat langsung, apa adanya, lugas dan tanpa berbelit-belit.
West, Richard dan Turner, Lynn, H.
2012. Jakarta: Teori Komunikasi Aanalisis
dan Aplikasi, Salemba Humanika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar