1. Pengertian
Perubahan Sosial
Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini
dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan
perubahan. Adanya perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan
suatu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang
kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau.
Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, pada dasarnya merupakan suatu
proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat kenyataannya
akan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi perubahan yang terjadi antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini di
karenakan adanya suatu masyarakat yang mengalami perubahan yang lebih cepat
bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Perubahan tersebut dapat berupa
perubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu perubahan
yang terjadi di masyarakat. Juga terdapat adanya perubahan yang memiliki
pengaruh yang luas maupun yang terbatas. Disamping itu juga ada perubahan yang
prosesnya lambat, dan ada juga perubahan yang prosesnya berlangsung dengan
cepat.
Setiap manusia selama hidup pasti mengalami yang namanya
perubahan. Adapun perubahan dapat berupa pengaruhnya terbatas maupun luas,
perubahan yang lambat dan ada juga perubahan yang berjalan dengan cepat.
Perubahan dapat mengenai nilai dan norma sosial, pola perilaku organisasi,
susunan lembaga kemasyarakatan, dan lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Adapun perubahan yang terjadi
pada masyarakat merupakan gejala yang
normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain
berkat adanya komunikasi modern. Perubahan dalam masyarakat telah ada sejak
zaman dahulu. Namun, sekarang perubahan berjalan dengan sangat cepat sehingga
dapat membingungkan manusia yang menghadapinya.
Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di setiap masyarakat.
Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan menimbulkan
ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada di dalam masyarakat,
sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi
masyarakat yang bersangkutan.
William F. Ogburn mengemukakan bahwa runglingkup perubahan
sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan yang materil maupun immaterial dengan
menekankan bahwa pengaruh yang besar dari unsure-unsur immaterial.
Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai
perubahan yang terjadi dalam fungsi dan struktur masyarakat. Perubahan sosial
dikatakannya sebagai peerubahan dalam hubungan sosial (social relationship)
atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial
tersebut.
Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan
yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang
memengaruhi system sosial, termasuk di dalam nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola
prilaku di antara kelompok dalam masyarakat. Menurutnya, antara perubahan
sosial dan perubahan kebudayaan memiliki satu aspek yang sama yaitu keduanya
bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan
cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Perubahan sosial yaitu perubahan
yang terjadi dalam masyarakat atau dalam hubungan interaksi, yang meliputi
berbagai aspek kehidupan. Sebagia akibat adanya dinamika anggota masyarakat,
dan yang telah didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat, merupakan
tuntutan kehidupan dalam mencari kestabilannya.
Ditinjau dari tuntutan stabilitas kehidupan perubahan sosial
yang dialami oleh masyarkat adalah hal yang wajar. Kebalikannya masyarakat yang
tidak berani untuk melakukan perubahan, tidak akan dapat melayani tuntutan dan
dinamika anggota-anggota yang selalu berkembang kemauan dan aspirasinya.
2. Tahapan
Perubahan Sosial
Secara umum tahapan
transisi sosiologis perubahan sosial dapat di skemakan sebagai berikut
1.
Primitif
Masyarakat memulai kehidupan mereka pada suatu fase yang
disebut primitif di mana manusia hidup secara terisolir dan berpindah-pindah
disesuaikan dengan lingkungan alam dan sumber makanan yang tersedia. Manusia
saat ini hidup dalam kelompok-kelompok kecil (band) dan terpisah dengan
kelompok manusia lainnya.
2.
Agrokultural
Fase berikutnya adalah fase agrokultural, ketika lingkungan
alam mulai tidak lagi mampu memberi dukungan terhadap manusia, termasuk juga
karena populasi manusia mulai banyak, maka pilihan budayanya adalah bercocok
tanam di suatu tempat dan memanen hasil pertanian itu serta berburu untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada fase ini budaya berpindah-pindah masih
tetap digunakan walaupun pada skala waktu yang relatif lebih lama.
3.
Tradisional
Fase tradisional dijalani oleh masyarakat dengan hidup
secara menetap di suatu tempat yang dianggap stratedis untuk penyediaan
berbagai kebutuhan hidup masyarakat, seperti di pinggir sungai, di pantai, di
lereng bukit, di dataran tinggi, di dataran rendah yang datar, dan sebagainya.
Pada fase ini kita mulai mengenal kata ‘desa’ di mana beberapa band (kelompok
kecil masyarakat) memilih menetap dan saling berinteraksi satu dan lainnya
sehingga menjadi kelompok besar dan menjadi komunitas desa, mengembangkan
budaya dan tradisi internal serta membina hubungan dengan masyarakat di
sekitarnya.
4.
Transisi
Pada fase transisi, kehidupan desa sudah sangat maju,
isolasi kehidupan hampir tidak ditemukan lagi dalam skala luas, transportasi
sudah lancar walaupun untuk masyarakat desa tertentu masih menjadi masalah.
Penggunaan media informasi sudah hampir merata. Namun secara geografis,
masyarakat transisi berada di pinggiran kota serta hidup mereka masih secara
tradisional, termasuk pola pikir dan sistem sosial lama masih silih berganti
digunakan dan mengalami penyesuaian dengna hal-hal yang baru dan inovatif.
Dengan demikian, maka umumnya masyarakat transisi bersifat mendua atau ambigu
terhadap sikap, pandangan, dan perilaku mereka sehari-hari. Pola pikir
masyarakat masih tradisional dan masih memelihara kekerabatan namun perilaku
masyarakat sudah terlihat individualis. Sesuatu yang masih dominan dalam
kehidupan masyarakat ini adalah proses asimilasi budaya dan sosial yang belum
tuntas dan terlihat masih canggung di semua level masyarakat.
5.
Modern
Fase modern ditandai dengan peningkatan kualitas perubahan
sosial yang lebih jelas meninggalkan fase transisi. Kehidupan masyarakat sudah
kosmopolitan dengan kehidupan individual yang sangat menonjol, profesionalisme
di segala bidang dan penghargaan terhadap profesi menjadi kunci
hubungan-hubungan sosial di antara elemen masyarakat. Di sisi lain, sekularisme
menjadi sangat dominan dalam sistem religi dan kontrol sosial masyarakat serta
sistem kekerabatan mulai diabaikan. Anggota masyarakat hidup dalam sistem yang
sudah mekanik, kaku, dan hubungan-hubungan sosial ditentukan berdasarkan pada
kepentingan masing-masing elemen masyarakat. Masyarakat modern umumnya
berpendidikan relatif lebih tinggi dari masyarakat transisi sehingga memiliki
tingkat pengetahuan yang lebih luas dan pola pikir yang lebih rasional dari
semua tahapan kehidupan masyarakat sebelumnya, walaupun kadang pendidikan
formal saja tidak cukup untuk mengantarkan masyarakat pada tingkat pengetahuan
dan pola pikir semacam itu. Secara demografis, masyarakat modern menempati
lingkungan perkotaan yang cenderung gersang dan jauh dari situasi yang sejuk
dan rindang, ditambah lagi karena kehidupan mereka yang serba mekanik sepanjang
minggu sehingga masyarakat kota memiliki kepedulian yang tinggi terhadap
kebutuhan rekreasi di akhir minggu untuk rileks dan melepaskan kepenatan.
6.
Postmodern
Fase postmodern adalah sebuah fase perkembangan masyarakat
yang pertama-tama dikenal di Amerika Serikat pada akhir tahun 1980-an. Di
Indonesia ciri masyarakat postmodern dideteksi ada sejak tahun 1990-an.
Masyarakat postmodern sesungguhnya adalah masyarakat modern yang secara
finansial, pengetahuan, relasi, dan semua prasyarat sebagai masyarakat modern
sudah dilampauinya. Walaupun terkadang ada satu dua masyarakat modern yang
terlihat memiliki ciri postmodern walaupun belum memiliki kemampuan tersebut,
namun hal itu bersifat temporer dan meniru-niru kelompok lain yang lebih mapan.
Jadi, masyarakat postmodern adalah masyarakat modern dengan kelebihan-kelebihan
tertentu di mana kelebihan-kelebihan itu menciptakan pola sikap dan perilaku
serta pandangan-pandangan mereke terhadap diri dan lingkungan sosial yang
berbeda dengan masyarakat modern atau masyarakat sebelum itu
3. Teori
Perubahan Sosial
Kecenderungan terjadinya perubahan sosial merupakan gejala
yang wajar yang akan timbul dari pergaulan hidup manusia yang ada di dalam
masyarakat. Adapun perubahan sosial akan terus berlangsung sepanjang masih
terjadi interaksi antar manusia dan
antar masyarakat. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur
yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti perubahan dalam unsur
geografis, biologis, ekonomis, dan yang lainnya. Perubahan sosial tersebut
dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis.
Faktor pencetus terjadinya perubahan sosial dapat berasal
dari dalam (internal) maupun berasal dari luar (external) masyarakat yang
bersangkutan. Kita sepakat bahwa tidak ada satupun masyarakat (Negara) yang
dapat berdiri sendiri tanpa berinteraksi dengan bangsa lain di dunia ini. Suatu
hal yang mustahil jika ada klaim bahwa suatu bangsa yang tidak terlibat dalam
percaturan dunia akan tetapi eksis berdiri. Fenomena ini tidak lepas dari
adanya arus pergerakan pengaruh dari suatu bangsa kepada bangsa lainnya yang
acap kali diidentikkan dengan istilah ‘globalisasi’.
Seiring dengan pesatnya dinamika perubahan dunia dalam
berbagai aspek kehidupan membuat semakin sulit bagi setiap negara untuk
menghindari pengaruh eksternal yang besar dari proses perubahan sosial
tersebut. Berbicara tentang ‘globalisasi’ seringkali diidentikkan dengan
perkembangan pasar dunia semata, pada hal aspek globalisasi bukan hanya dalam
sektor ekonomi, tetapi telah merambah kesegenap dimensi kehidupan.
Adapun teori yang akan menjelaskan berkaitan dengan
perubahan sosial adalah sebagai berikut.
4. Teori
Evolusi
Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dan
rentetan-rentetan perubahan kecil yang salain mengikuti dengan lambat dinamakan
evolusi. Pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau
kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan, dan
kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Rentetan-rentetan perubahan tersebut tidak perlu sejalan dengan rentetan
peristiwa-peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan. Adapun teori
tentang evolusi, yang pada umumnya dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori
sebagai berikut.
a.
Unilinear theories of evolution
Teori ini pada pokoknya berpendapat
bahwa manusia dan masyarakat (termasuk kebudayaan ) mengalami perkembangan
sesuai dengan tahap-tahap tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana,
kemudian bentuk yang kompleks sampai pada sampai pada tahap yang sempurna.
Pelopor teori tersebut Herbert Spencer.
Contoh:
Perubahan dari masyarakat tradisional ke modern
b.
Universal theory of evolution
Teori ini menyatakan bahwa
perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap.
Teori ini mengemukakan bahwa kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis
evolusi yang tertentu. Prinsip-prinsip teori ini diuraikan oleh Herbert Spencer
yang antara lain mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari
kelompok homogen ke kelompok yang heterogen, baik sifat maupun susunannya.
Contoh:
Perkembangan dari masyarakat nomaden ke
masyarakat menetap
c. Multilined
theories of evolusi
Teori ini lebih menekankan pada
penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi
masyarakat, misalnya, mengadakan penelitian perihal pengaruh perubahan sistem
pencaharian dari sistem berburu ke pertanian, terhadap sistem kekeluargaan dalam
masyarakat yang bersangkutan dan seterusnya. Pelopor teori tersebut Herbert
Spencer.
Contoh: Penelitian mengenai pengaruh
perubahan sistem produksi tanpa mesin ke produksi dengan mesin, terhadap sistem
pendidikan.
Daftar Pustaka
Bungin, Burhan.2008. Sosiologi Komunikasi:Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat.
Jakarta: Kencana
Soekanto, Soerjono.2001. Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: PT
Raja Grafindo
Nazsir, Nasrullah.2008.Sosiologi: Kajian Lengkap Konsep dan Teori Sosiologi
Sebagai Ilmu Sosial.Bandung:
Widya Padjajaran