Sabtu, 20 September 2014

Perubahan Sosial



1.      Pengertian Perubahan Sosial

Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan. Adanya perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini di karenakan adanya suatu masyarakat yang mengalami perubahan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu perubahan yang terjadi di masyarakat. Juga terdapat adanya perubahan yang memiliki pengaruh yang luas maupun yang terbatas. Disamping itu juga ada perubahan yang prosesnya lambat, dan ada juga perubahan yang prosesnya berlangsung dengan cepat.
Setiap manusia selama hidup pasti mengalami yang namanya perubahan. Adapun perubahan dapat berupa pengaruhnya terbatas maupun luas, perubahan yang lambat dan ada juga perubahan yang berjalan dengan cepat. Perubahan dapat mengenai nilai dan norma sosial, pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, dan lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Adapun perubahan yang terjadi pada masyarakat  merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Perubahan dalam masyarakat telah ada sejak zaman dahulu. Namun, sekarang perubahan berjalan dengan sangat cepat sehingga dapat membingungkan manusia yang menghadapinya.
Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di setiap masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan menimbulkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada di dalam masyarakat, sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
William F. Ogburn mengemukakan bahwa runglingkup perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan yang materil maupun immaterial dengan menekankan bahwa pengaruh yang besar dari unsure-unsur immaterial.
Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam fungsi dan struktur masyarakat. Perubahan sosial dikatakannya sebagai peerubahan dalam hubungan sosial (social relationship) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial tersebut.
Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi system sosial, termasuk di dalam nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola prilaku di antara kelompok dalam masyarakat. Menurutnya, antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan memiliki satu aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau dalam hubungan interaksi, yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Sebagia akibat adanya dinamika anggota masyarakat, dan yang telah didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat, merupakan tuntutan kehidupan dalam mencari kestabilannya.
Ditinjau dari tuntutan stabilitas kehidupan perubahan sosial yang dialami oleh masyarkat adalah hal yang wajar. Kebalikannya masyarakat yang tidak berani untuk melakukan perubahan, tidak akan dapat melayani tuntutan dan dinamika anggota-anggota yang selalu berkembang kemauan dan aspirasinya.

2.      Tahapan Perubahan Sosial

Secara umum tahapan transisi sosiologis perubahan sosial dapat di skemakan sebagai berikut
1.      Primitif
Masyarakat memulai kehidupan mereka pada suatu fase yang disebut primitif di mana manusia hidup secara terisolir dan berpindah-pindah disesuaikan dengan lingkungan alam dan sumber makanan yang tersedia. Manusia saat ini hidup dalam kelompok-kelompok kecil (band) dan terpisah dengan kelompok manusia lainnya.

2.      Agrokultural
Fase berikutnya adalah fase agrokultural, ketika lingkungan alam mulai tidak lagi mampu memberi dukungan terhadap manusia, termasuk juga karena populasi manusia mulai banyak, maka pilihan budayanya adalah bercocok tanam di suatu tempat dan memanen hasil pertanian itu serta berburu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada fase ini budaya berpindah-pindah masih tetap digunakan walaupun pada skala waktu yang relatif lebih lama.

3.      Tradisional
Fase tradisional dijalani oleh masyarakat dengan hidup secara menetap di suatu tempat yang dianggap stratedis untuk penyediaan berbagai kebutuhan hidup masyarakat, seperti di pinggir sungai, di pantai, di lereng bukit, di dataran tinggi, di dataran rendah yang datar, dan sebagainya. Pada fase ini kita mulai mengenal kata ‘desa’ di mana beberapa band (kelompok kecil masyarakat) memilih menetap dan saling berinteraksi satu dan lainnya sehingga menjadi kelompok besar dan menjadi komunitas desa, mengembangkan budaya dan tradisi internal serta membina hubungan dengan masyarakat di sekitarnya.

4.      Transisi
Pada fase transisi, kehidupan desa sudah sangat maju, isolasi kehidupan hampir tidak ditemukan lagi dalam skala luas, transportasi sudah lancar walaupun untuk masyarakat desa tertentu masih menjadi masalah. Penggunaan media informasi sudah hampir merata. Namun secara geografis, masyarakat transisi berada di pinggiran kota serta hidup mereka masih secara tradisional, termasuk pola pikir dan sistem sosial lama masih silih berganti digunakan dan mengalami penyesuaian dengna hal-hal yang baru dan inovatif. Dengan demikian, maka umumnya masyarakat transisi bersifat mendua atau ambigu terhadap sikap, pandangan, dan perilaku mereka sehari-hari. Pola pikir masyarakat masih tradisional dan masih memelihara kekerabatan namun perilaku masyarakat sudah terlihat individualis. Sesuatu yang masih dominan dalam kehidupan masyarakat ini adalah proses asimilasi budaya dan sosial yang belum tuntas dan terlihat masih canggung di semua level masyarakat.
5.      Modern
Fase modern ditandai dengan peningkatan kualitas perubahan sosial yang lebih jelas meninggalkan fase transisi. Kehidupan masyarakat sudah kosmopolitan dengan kehidupan individual yang sangat menonjol, profesionalisme di segala bidang dan penghargaan terhadap profesi menjadi kunci hubungan-hubungan sosial di antara elemen masyarakat. Di sisi lain, sekularisme menjadi sangat dominan dalam sistem religi dan kontrol sosial masyarakat serta sistem kekerabatan mulai diabaikan. Anggota masyarakat hidup dalam sistem yang sudah mekanik, kaku, dan hubungan-hubungan sosial ditentukan berdasarkan pada kepentingan masing-masing elemen masyarakat. Masyarakat modern umumnya berpendidikan relatif lebih tinggi dari masyarakat transisi sehingga memiliki tingkat pengetahuan yang lebih luas dan pola pikir yang lebih rasional dari semua tahapan kehidupan masyarakat sebelumnya, walaupun kadang pendidikan formal saja tidak cukup untuk mengantarkan masyarakat pada tingkat pengetahuan dan pola pikir semacam itu. Secara demografis, masyarakat modern menempati lingkungan perkotaan yang cenderung gersang dan jauh dari situasi yang sejuk dan rindang, ditambah lagi karena kehidupan mereka yang serba mekanik sepanjang minggu sehingga masyarakat kota memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kebutuhan rekreasi di akhir minggu untuk rileks dan melepaskan kepenatan.

6.      Postmodern
Fase postmodern adalah sebuah fase perkembangan masyarakat yang pertama-tama dikenal di Amerika Serikat pada akhir tahun 1980-an. Di Indonesia ciri masyarakat postmodern dideteksi ada sejak tahun 1990-an. Masyarakat postmodern sesungguhnya adalah masyarakat modern yang secara finansial, pengetahuan, relasi, dan semua prasyarat sebagai masyarakat modern sudah dilampauinya. Walaupun terkadang ada satu dua masyarakat modern yang terlihat memiliki ciri postmodern walaupun belum memiliki kemampuan tersebut, namun hal itu bersifat temporer dan meniru-niru kelompok lain yang lebih mapan. Jadi, masyarakat postmodern adalah masyarakat modern dengan kelebihan-kelebihan tertentu di mana kelebihan-kelebihan itu menciptakan pola sikap dan perilaku serta pandangan-pandangan mereke terhadap diri dan lingkungan sosial yang berbeda dengan masyarakat modern atau masyarakat sebelum itu


3.      Teori Perubahan Sosial

Kecenderungan terjadinya perubahan sosial merupakan gejala yang wajar yang akan timbul dari pergaulan hidup manusia yang ada di dalam masyarakat. Adapun perubahan sosial akan terus berlangsung sepanjang masih terjadi interaksi antar  manusia dan antar masyarakat. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti perubahan dalam unsur geografis, biologis, ekonomis, dan yang lainnya. Perubahan sosial tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis.

Faktor pencetus terjadinya perubahan sosial dapat berasal dari dalam (internal) maupun berasal dari luar (external) masyarakat yang bersangkutan. Kita sepakat bahwa tidak ada satupun masyarakat (Negara) yang dapat berdiri sendiri tanpa berinteraksi dengan bangsa lain di dunia ini. Suatu hal yang mustahil jika ada klaim bahwa suatu bangsa yang tidak terlibat dalam percaturan dunia akan tetapi eksis berdiri. Fenomena ini tidak lepas dari adanya arus pergerakan pengaruh dari suatu bangsa kepada bangsa lainnya yang acap kali diidentikkan dengan istilah ‘globalisasi’.

Seiring dengan pesatnya dinamika perubahan dunia dalam berbagai aspek kehidupan membuat semakin sulit bagi setiap negara untuk menghindari pengaruh eksternal yang besar dari proses perubahan sosial tersebut. Berbicara tentang ‘globalisasi’ seringkali diidentikkan dengan perkembangan pasar dunia semata, pada hal aspek globalisasi bukan hanya dalam sektor ekonomi, tetapi telah merambah kesegenap dimensi kehidupan.
Adapun teori yang akan menjelaskan berkaitan dengan perubahan sosial adalah sebagai berikut.


4.      Teori Evolusi

Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dan rentetan-rentetan perubahan kecil yang salain mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi. Pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Rentetan-rentetan perubahan tersebut tidak perlu sejalan dengan rentetan peristiwa-peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan. Adapun teori tentang evolusi, yang pada umumnya dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori sebagai berikut.
a.         Unilinear theories of evolution
            Teori ini pada pokoknya berpendapat bahwa manusia dan masyarakat (termasuk kebudayaan ) mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana, kemudian bentuk yang kompleks sampai pada sampai pada tahap yang sempurna. Pelopor teori tersebut Herbert Spencer.
Contoh: Perubahan dari masyarakat tradisional ke modern

b.         Universal theory of evolution
            Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Teori ini mengemukakan bahwa kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu. Prinsip-prinsip teori ini diuraikan oleh Herbert Spencer yang antara lain mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen ke kelompok yang heterogen, baik sifat maupun susunannya.
Contoh:   Perkembangan dari masyarakat nomaden ke masyarakat menetap

c.         Multilined theories of evolusi
            Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat, misalnya, mengadakan penelitian perihal pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian, terhadap sistem kekeluargaan dalam masyarakat yang bersangkutan dan seterusnya. Pelopor teori tersebut Herbert Spencer.
Contoh: Penelitian mengenai pengaruh perubahan sistem produksi tanpa mesin ke produksi dengan mesin, terhadap sistem pendidikan.








Daftar Pustaka


Bungin, Burhan.2008. Sosiologi Komunikasi:Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana 
Soekanto, Soerjono.2001. Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: PT Raja Grafindo
Nazsir, Nasrullah.2008.Sosiologi: Kajian Lengkap Konsep dan Teori Sosiologi Sebagai Ilmu         Sosial.Bandung: Widya Padjajaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar