Kamis, 19 September 2013

Ilmu Komunikasi


Komunikasi berasal dari bahasa latin, yakni Communicatio yang artinya sama. Pengertian sama disini mengandung pemahaman yang amat luas, tidak terbatas pada kata yang sama ataupun bahasa yang sama. Pengertan ini bersifat dasariah dari kata Komunikasi.

Kata yang sama terkadang memiliki makna yang berbeda, misalnya: kata atos, bagi orang sunda berarti sudah ; tetapi bagi orang jawa kata atos berarti keras.

Walaupun dalam bahasa yang sama, terkadang juga masih memiliki makna yang berbeda, misalnya, sama-sama orang sunda, yang satu mengatakan atos dengan maksud yang sesungguhnya, yakni sudah, tetapi yang satu lagi yang mendengarkannya menangkap penuh keraguan ....., dengan membalas kata benerrr ?  Walau demikian, setidaknya kata sama itu mengandung pengertian  sama makna (meaning).

Beberapa pandangan juga ada yang mengatakan bahwa kata sama berarti sama makna yang ada dalam diri orang, bukan sama makna dalam kata, karena menurutnya makna itu tidak ada dalam kata, melainkan ada (being) dalam diri orang.   

Ada juga yang berpendapat bahwa Komunikasi yang harmonis dapat berlangsung, apabila Komunikator dan Komunikan memberi arti yang sama kepada lambang yang sama. Karenanya sebelum berkomunikasi orang itu perlu mempelajari arti dari setiap lambang. Sebagian besar dari lambang-lambang tersebut ter-ejawantahkan dalam bahasa verbal dan sebagian lagi non-verbal.

Manusia modern sudah terbiasa hidup dengan alam Rasionya atau berpikir Rasional, akan tetapi dalam kenyataan hidupnya sehari-hari atau dapat dikatakan dalam kehidupan Realitanya, 75% dari keputusan manusia itu didasarkan pada Emosi-nya, bukan pada Rasio-nya. Inilah realita dari manusia modern  ?

Selanjutnya juga dikatakan bahwa berkomunikasi itu berpikir logis, yakni berpikir menggunakan logika, tidak dengan cara yang lain. Sehingga seseorang yang dikatakan berkomunikasi logis itu, sbb: pertama,  berpikir dengan hal-hal yang telah terbuktikan sebelumnya ; kedua, dapat memberi pembuktian berupa hal-hal yang telah diterima secara universal ; ketiga, dapat menggunakan bukti yang dimilikinya dengan tepat (Susanto,1986).

Secara filosofi,  John Locke memberikan pandangannya secara lebih konkrit, yakni lebih mudah untuk dipahami, Apa itu Komunikasi ? Disini John Locke melihat bahwa IDEA dan PENGALAMAN memiliki hubungan yang erat, yakni berkaitan kuat satu sama lainnya tak dapat dipisahkan. Jadi berkomunikasi itu menuntut adanya Idea dan Pengalaman, tanpa Idea dan Pengalaman itu manusia hampir dapat dipastikan tak mampu melakukan komunikasi, karena pikiran manusia pada awalnya adalah TABULA RASA.

John Locke membedakan antara rangsangan dalam (Reflexion) dan rangsangan luar (Stimulus).  Manusia mendapat pengalaman karena rangsangan inderanya, kemudian membentuk pengalaman rangsangan pada dirinya. Disini John Locke semakin lebih jelas mengupas tentang apa itu Idea ? Idea adalah setiap faktor yang dapat menyebabkan manusia berpikir. Selanjutnya Idea dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yakni 1/ Simple ideas ; 2/Complex ideas ; 3/Compound ideas. Bila rangsangan yang diterima adalah hanya satu indera, maka yang dimiliki manusia tentang sesuatu itu adalah simple idea; bila yang diterima lebih dari satu oleh indera, maka itu complex ideas (misalnya; nonton TV, manusia menggunakan mata dan telingan); bila beberapa complex ideas ada dalam diri manusia dan menjadi satu, maka itu dinamakan compound ideas (misalnya; sumber TV mengatakan bahwa hari ini cuaca hujan dan berawan. Demikian orang telah mendengarkan informasi itu dengan jelas, maka orang tersebut lalu membangun ide dengan apa yang mereka dengar dan dengan apa yang mereka miliki atas pengalamannya).

Sehubungan dengan IDEA ini, John Locke merasa perlu menghubungkannya dengan Derajat Kebenaran yang dimiliki manusia, tentang sesuatu ( something and anything ). Bahwa manusia itu memiliki Persepsi, berupa derajat: 1/Intuisi ; 2/demontrasi; 3/sensasi.

Intuisi adalah idea yang dimiliki manusia tanpa diragukan lagi. Seperti  kesadaran akan waktu dan ruang, merupakan suatu pengetahuan tanpa membuktikannya. Menurut John Locke, Intuisi inilah yang mendekati kebenaran yang sesungguhnya. Selanjutnya Demontrasi, yakni pendapat berdasarkan pembuktian, dan menunjukan pikiran manusia dan kebenaran yang terbatas. Lalu Sensasi, yakni pendapat dengan derajat kebenaran yang patut diragukan. Tingkat kebenaran yang didasarkan pada sensasi ini adalah Opini. Selanjutnya John Locke mencoba kembali memahami apa itu idea ?  Idea is contents of the mind. Dimana terbentuknya idea itu adalah proses, melalui rangsangan yang mengakibatkan orang memiliki kesan tentang sesuatu ( something and anything ), yang kemudian akan membentuk idea dalam dirinya, yakni idea sebagai copy dari kesan yang dimilikinya tadi (susanto, 1986).

Kalau kita simak pemikiran John Locke tersebut, mengingatkan kita kepada tokoh filosuf dunia, yakni PLATO dan ARISTOTELES.

PLATO menekankan peranan intuisi. Ia beranggapan bahwa pengetahuan sejati itu adalah pengetahuan tunggal yang tidak berubah-ubah, yakni pengetahuan yang menangkap idea-idea. Jadi Pengetahuan manusia itu bersifat a priori di dalam rasionya, yakni idea-idea. Untuk itu manusia harus terus-menerus berupaya membersihkan pengetahuannya itu dari unsur-unsur yang berubah-ubah agar dapat menembus hakekat kenyataan atau idea-idea itu sendiri ( Hardiman, 1993 ).

ARISTOTELES menekankan peranan abstraksi. Baginya pengetahuan sejati adalah hasil pengamatan empiris. Pengetahuan bersifat aposteriori, maka tugas manusia adalah mengamati unsur-unsur yang berubah-ubah dan melakukan abstraksi atas unsur-unsur itu sehingga dari yang partikular diperoleh yang universal. Untuk melakukan abstraksi inipun manusia harus membersihkan diri dari unsur-unsur yang berubah-ubah ( Hardiman, 1993 ).

Pentingnya komunikasi bagi kehidupan umat manusia sudah disadari sejak zaman Plato dan Aristoteles. Namun baru abad ke-20 (tepatnya pertengahan abad-20) ketika dunia dirasakan semakin kecil, akibat revolusi industri dan teknologi, maka semakin disadari oleh manusia atau munculnya kesadaran baru bahwa pentingnya komunikasi untuk ditingkatkan dari sebuah pengetahuan ( knowledge ) menjadi sebuah Ilmu ( science ).
Oleh : Pak Prijana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar